hari ini adalah
hari pertama masuk
sekolah di sekolah
baruku. Sekolah yang
menurut teman temanku
terbaik tapi tidak
bagiku. Semua sekolah
sama saja, sama
sama membosankan.
“hai
bro!” sapa seseorang
dari belakang yang ternyata sahabatku,
Andra. “ngapain kamu
bengong disini, ayo
masuk kelas”, lanjutnya.
“males”,
jawabku singkat.
“males
kenapa sih, harusnya
kan gembira sama
seperti yang lainnya”
“aku
males harus sekolah
terus, bosen banget.
Hampir semua waktu
hidupku dihabiskan di
sekolah”
“halah,
kamu ini. Ayo
masuk kelas, nanti
kita gak kebagian
bangku”, ajak Andra
sambil menarikku.
Tik
tok.. waktu menunjukkan
pukul 7. Saatnya
pelajaran dimulai. Suasana
kelaspun menjadi senyap
seketika ketika guru
memasuki kelas. Ternyata
guru itu adalah
wali kelasku, pak
Andi namanya. Penampilannya
tidak terlalu menarik
dan membuatku jadi
tidak mempunyai semangat
untuk belajar hari
ini. Tetapi untungnya,
di hari pertama
ini tidak ada
pelajaran yang harus
aku pelajari.
Saat pak Andi
bercerita tentang dirinya,
tiba tiba dating
seorang guru yang
kata Andra dia
adalah seorang guru
BK dan membagikan
selembaran. Selembaran itu
berupa angket berisi
lintas minat yang
harus aku pilih.
“kamu
milih lintas minat
apa?” Tanya Andra
padaku.
“entahlah.
Memangnya ini buat
apa sih, nambah
pelajaran saja”
“pilih
saja apa yang
kamu mau. Kalau
aku milih ekonomi”
“yasudahlah
samakan saja dengan
punyamu” , jawabku dengan
tidak bergairah.
Setelah
lama aku berada
di sekolah ini,
aku semakin merasa
nyaman dengan suasana
disini. Dan yang
menjadi guru favoritku
adalah pak Andi,
guru yang awalnya
tidak begitu aku
suka. Beliau mengajar
ekonomi, lintas minat
yang telah aku
pilih waktu itu.
Dari
dulu aku ingin
menjadi seorang pembisnis
sukses, dan keinginanku
untuk berbisnis semakin
besar dengan adanya
pelajaran ekonomi ini.
Pelajaran yang dulunya
tidak aku minati
malah menjadi pelajaran
yang sangat aku
senangi.
“aku
ingin menjadi pembisnis”,
bisikku pada Andra.
“sekolah
dulu lah, baru
berbisnis”, jawab Andra.
“itu
terlalu lama, kalau
aku berbisnis dari
sekarang, aku akan
mendapatkan uang banyak
dan aku tidak
perlu pusing-pusing sekolah
lagi” kataku bersemangat.
“terserah
kamu deh”
Esoknya aku
pergi menemui pak
Andi di ruangannya.
Maksudku menemuinya adalah
untuk menanyakannya tentang
bisnis. Beliau memberiku
saran untuk menuntut
ilmu terlebih dahulu
sebelum terjun di
dunia bisnis karena
sangat berat tantangannya
untuk menjadi seorang
pembisnis yang berhasil.
Tetapi tekadku sudah
tidak bisa ditunda
lagi dan akhirnya
pak Andi akan
membantuku dengan syarat
aku harus lebih
giat lagi belajar.
“pak,
bagaimana jika saya
memasukkan kepiting cangkang
lunak di restaurant restaurant ?”
tanyaku.
“bisa saja, mengapa
kamu memilih kepiting
untuk dijadikan bisnis?
“bapak
kan pernah cerita
tentang kepiting asal
pinggir papas itu,
jadi saya ingin
menjadikannya sebuah bisnis
yang nantinya akan
berhasil menembus pasar
ekspor”
“jika kamu ingin
berbisnis, itu urusanmu
karena kamu masih
kelas 1 SMA,
saya tidak bertanggung
jawab, tetapi saya
akan membantu memperkenalkan kamu
dengan juragan kepiting itu
yang kebetulan teman
saya”
“terima
kasih banyak, doakan
saya semoga berhasil
di dunia bisnis”,
kataku dengan perasaan
gembira.
Akhirnya
pertemuan tersebut tiba.
Aku dan juragan
kepiting itu berbicara
panjang lebar. Setelah
lama berbincang, kesepakatanpun terpenuhi.
Tekadku untuk menjadi
pembisnis tidak terelakkan
lagi.
Aku pun sibuk
mempromosikan kepiting tersebut
di beberapa restaurant,
sampai sampai aku
tidak terlalu memperhatikan
urusan sekolah. Ternyata
menjadi pembisnis itu
tidak mudah, banyak
hambatan yang harus
dilalui. Tapi dengan
semangatku, aku akan
bisa melaluinya dengan
mudah dan segala
cita citaku tercapai.
Pembagian
raport tinggal 3
hari lagi, semua
teman temanku merasa
cemas akan hal
itu tapi tidak
denganku, aku tidak
terlalu memikirkan hal
itu, yang aku
pikirkan hanya bisnis,
bisnis dan bisnis.
Tiba
tiba ada surat
panggilan dari BK
untukku. Ternyata panggilan
itu membahas nilai
nilai sekolahku selama
ini. Aku mendapatkan
nilai yang sangat
tidak baik. Akupun
menceritakan sebabku tidak
terlalu memikirkan sekolah
sehingga mendapatkan nilai
tersebut. Guru guru
tidak menyetujui apa
yang telah aku
lakukan untuk berbisnis,
mereka memintaku untuk
berhenti berbisnis dan
tetap focus untuk
sekolah. Begitupun keluargaku,
mereka sangat marah
padaku dan memintaku
untuk berhenti berbisnis.
Sebuah tekanan batin
yang harus aku
alami.
“sudahlah
di, hentikan bisnismu
demi sekolahmu”, saran
temanku Andra.
“aku
tidak bisa berhenti
begitu saja setelah usahaku
selama ini”, jawabku
gelisah.
“guru guru
dan keluargamu tidak
mendukung hal itu.
Lagi pula itu
bisa membuat nilaimu
semakin berantakan”
“aku
tetap tidak bisa”
“nasib
baik dari pihak
sekolah masih memberimu
kesempatan memperbaikinya, jika
tidak bagaimana?”
“aku
akan buktikan kalau
aku bisa memperbaiki
semua nilaiku meskipun
aku tetap harus
berbisnis”, ujarku penuh
keyakinan.
“baiklah,
semoga saja kamu
bisa membagi waktumu
dengan baik”.
Dengan
kerja kerasku dan
tentunya atas izin
yang Maha Kuasa,
aku bisa memperbaiki
nilai nilaiku dan
dapat menjalin bisnis
dengan salah satu
restaurant. Akhirnya aku mendapat dukungan
dari keluargaku setelah
aku bisa membagi
waktu dengan baik
dan juga bisnisku
berjalan dengan baik.
Setelah
cukup lama aku
berbisnis, ternyata baru
terasa hasilnya ketika
sudah mulai berjalan
dengan lancar. Sekolah
sangat diperlukan, dengan
pelajaran yang aku
pelajari di sekolah,
sangat membantu bisnisku.
Sekarang sudah cukup
banyak restaurant di
kotaku yang telah
menerima produk bisnisku.
Dan aku bertekad
untuk terus melanjutkan bisnisku
sampai pasar ekspor,
dan tentunya aku
tidak akan pernah
berhenti sekolah, aku
juga akan melanjutkan
sekolahku setinggi mungkin
sambil berbisnis.