Pages

Selasa, 12 Januari 2016

Berakhirnya Orde Baru



Sejarah  orde  baru  dimulai  tanggal  12  maret  1967.  Jenderal  TNI  Soeharto  ditunjuk oleh  MPR  sebagai  pejabat  presiden.  Beliau  menjalankan  tugas  kepresidenan  yang  diambil  alih  dari  presiden  Soekarno.  Setahun  kemudian,  soeharto  dipilih  secara  resmi  sebagai  presiden  sekaligus  mengawali  era  orde  baru.  Orde  baru  lahir  dengan  tekad  melaksanakan  pancasila  dan  uud  45  secara  murni  dan  konsekuen.
Masa  keemasan  orde  baru  terjadi  pada  tahun  1976-1988.  Pada  tahun  1980an  Indonesia  adalah  penghasil  gas  alam  cair  terbesar  di dunia.  Kedudukan  Indonesia  sebagai  Negara  anti  komunis  mempermudah  bantuan  barat.
Orde  baru  bertakhta  dalam  kehidupan  bangsa  Indonesia  selama  32  tahun.  Mengapa  orde  baru  bisa  tumbang  pada  tahun  1998?
Sebelum  tahun  1997,  Negara  Thailand  yang  semula  baik  baik  saja,  tiba  tiba  dilanda  krisis  moneter  dan  keuangan.  Pada  saat  itu  keadaan  Indonesia  masih  baik.  Inflasi  rendah,  ekspor  masih  surplus  dan  cadangan  debisa  masih  besar.  Banyak  perusahaan  besar  menggunakan  hutang  dalam  US  Dollar.  Ini  merupakan  cara  yang  menguntungkan  ketika  rupiah  masih  kuat.  Hutang  dan  bunga  tidak  jadi  masalah  karena  diimbangi  kekuatan  penghasilan  rupiah.
Akan  tetapi,  setelah  Thailand  melepaskan  kaitan  Bath  pada  US  Dollar,  Indonesia  sangat  merasakan  dampak  paling  buruk.  Hal  ini  disebabkan  oleh  rapuhnya  fondasi  Indonesia  dan  banyaknya  praktik  KKN  serta  memonopoli  ekonomi.  Pada tanggal 1 Juli 1997 nilai tukar rupiah turun dari Rp2.575,00 menjadi Rp2.603,00 per dollar Amerika Serikat. Pada bulan Desember 1997 nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mencapai Rp5.000,00 per dollar, bahkan pada bulan Maret 1998 telah mencapai Rp16.000,00 per dollar Amerika Serikat.
Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi di Indonesia adalah masalah  Utang yang menjadi tanggungan negara hingga 6 Februari 1998 yang disampaikan oleh Radius Prawira pada sidang Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi yang dipimpin oleh Presiden Soeharto di Bina Graha mencapai 63,462 milliar dollar AS, sedangkan utang pihak swasta mencapai 73,962 milliar dollar AS.
Penyimpangan  pasal  33  uud  1945  merupakan  salah  satu  factor  lainnya,  dimana  Sistem ekonomi yang berkembang pada masa Orde Baru adalah sistem ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai dengan korupsi dan kolusi.
Factor  yang  juga  menyebabkan  krisis  adalah  Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan sistem pemerintahan bersifat sentralistis, artinya semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat pemerintahan (Jakarta), sehingga peranan pemerintah pusat sangat menentukan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Krisis  moneter  tersebut  telah  berkembangan  menjadi  krisis  multidimensi.  Krisis  ini  ditandai  adanya  keterpurukan  di  segala  bidang.
Krisis  politik  salah  satunya.  Pada dasarnya secara de jure (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari rakyat, tetapi ternyata secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR tersebut diangkat berdasarkan pada ikatan kekeluargaan (nepotisme).
Mengakarnya budaya KKN dalam tubuh birokrasi pemerintahan, menyebabkan proses pengawasan dan pemberian mandataris kepemimpinan dari DPR dan MPR kepada presiden menjadi tidak sempura. Unsure legislative yang sejatinya dilaksanakan oleh MPR dan DPR dalam membuat dasar-dasar hukum dan haluan negara menjadi sepenuhnya dilakukan oleh Presiden Soeharto
Dalam pemerintahan Orde Baru berkembang KKN yang dilaksanakan secara terselubung maupun secara terang-terangan. Hal terseut mengakibatkan munculnya ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah dan ketidakpercayaan luar negeri terhadap Indonesia.
Aspirasi  dalam  masyarakat  terbagi  menjadi  kelompok  yang  mendukung  Soeharto  dan  kelompok  yang  menuntut  Soeharto  turun  dari  kursi  kepresidenan.  Kelompok yang menuntut Presiden Soeharto untuk mundur diwakili oleh mahasiswa. Kelompok mahasiswa ini memiliki cita-cita reformasi terhadap Indonesia.
Banyak ketidakadilan yang terjadi dalam pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Oede Baru. Seperti kekuasaan kehakiman yang dinyatakan pada pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif). Namun pada saat itu, kekuasaan kehakiman dibawah kekuasaan eksekutif. Hakim juga sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah atau sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan, apabila peradilan itu menyangkut diri penguasa, keluarga kerabat, atau para pejabat negara.
---
Terjadinya  krisis  multidimensi  yang  dihadapi  bangsa  Indonesia  melatarbelakangi  munculnya  gerakan  reformasi.  Semula,  gerakan  ini  hanya  berupa  demonstrasi  di  kampus-kampus  di  berbagai  daerah.  Akan  tetapi,  para  mahasiswa  harus  turun  ke  jalan  karena  aspirasi  mereka  tidak  mendapatkan  jalan  keluar.
Gerakan  demonstrasi  tahun  1998  mempunyai  6  agenda.
  1. Adili  soeharto  dan  krooni-kroninya.
Agenda  reformasi  yang  pertama  adalah  rakyat  meminta  agar  soeharto  dan  krooni-kroninya  untuk  diadili.  Hal  ini  karena  rakyat  menganggap  bahwa  selama  32  tahun  asa  pemerintahannya,  soeharto,  dan  para  kroninya  itulah  yang  menyebabkan  penyelewengan.  Baik  itu  dalam  bidang  ekonomi,  yang  berupa  praktek  kegiatan  KKN  maupun  dalam  bidang  keuangan  Negara  yang  sudah  menyebabkan  kerugian  keuangan  Negara  sebesar  triliunan  rupiah.
  1. Amandemen  UUD  1945
Rakyat  meminta  agar  UUD  45  di  amandemen  agar  mengubah  keadaan  NKRI.  Soeharto  bisa  berkuasa  32  tahun,  dan  soekarno  bisa  berkuasa  seumur  hidup.  Hal  tersebut  disebabkan  karena  tidak  adanya  peraturan  hukum  yang  menegaskan  tentang  pembatasan  kekuasaan,  baik  itu  bagi  oresiden  maupun  menteri-menterinya
  1. Otonomi  daerah  seluas-luasnya
Kekuasaan  yang  hanya  berpusat  pada  satu  titik  menyebabkan  banyak  terjadinya  penyelewengan  di  berbagai  daerah.  Otonomi  daerah  harus  diberlakukan  seluas-luasnya  agar  semua  daerah  diberi  kewenangan  untuk  mengatur  pembangunan  dan  nantinya  dapat  meratakan  kesejahteraan  penduduk  di  seluruh  daerah.
  1. Hapuskan  dwifungsi  ABRI
ABRI  pada  masa  orde  baru  memiliki  dwifungsi  yaitu  fungsi  keamanan  dan  fungsi  social  politik,  namun  hal  ini  telah  melenceng  sangat  jauh.  Bahkan  tentara  pada  orde  baru  malah  memiliki  kekuatan  yang  besar  dan  malah  bukan  seperti  di  bawah  kendali  sipil  secara  objektif.
  1. Hapuskan  KKN
Munculnya  orde  baru  dengan  maksud  yang  menggantikan  kekuasaan  sebelumnya  ini  malahan  menyebabkan  Negara  ini  tidak  berjalan  sesuai  tujuan  awalnya.  Justru  malah  banyak  sekali  keluarga  elite  yang  berusaha  sekeras-kerasnya  agar  bisa  mengeruk  harta  Negara  sebesar-besarnya.
  1. Tegakkan  supremasi  hukum
Pada  kekuasaan  orde  baru,  hukum  justru  digunakan  untuk  menghukum  rakyat  dan  para  penguasa  negaranya  bertugas  untuk  mempertinggi  kekuasaannya  dan  memperkaya  dirinya  sendiri-sendiri.  Untuk  itu  pada  era  reformasi  ini  supremasi  hukum  akan  selalu  ditegakkan  agar  hukum  yang  ada  itu  menjadi  landasan  penyelenggaraan  kekuasaan  di  Negara  ini,  bukan  hanya  digunakan  untuk  menghakimi  rakyat  saja.
Agenda  utama  gerakan  reformasi  adalah  turunnya  soeharto  dari  jabatan  presiden.
Ada  beberapa  peristiwa  selama  gerakan  reformasi  yang  memuncak  pada  tahun  1998.  Diantaranya  adalah  demonstrasi  mahasiswa  yang  terjadi  pada  tanggal  7  mei  1998  di  universitas  jayabaya,  Jakarta.  Demonstrasi  ini  berakhir  bentrok  dengan  aparat  dan  mengakibatkan  52  mahasiswa  terluka.  Sehari  kemudian  demonstrasi  mahasiswa  terjadi  di  Yogyakarta.  Demonstrasi  ini  juga  berakhir  bentrok  dengan  aparat  dan  menewaskan  seorang  mahasiswa  bernama  Mozes  Gatotkaca.
Peristiwa  selanjutnya  adalah  peristiwa  yang  dikenal  dengan  “Peristiwa  Trisakti”.  Pada  tanggal  12  Mei  1998,  empat  mahasiswa  Universitas  Trisakti,  Jakarta  tewas  tertembak  peluru  aparat  keamanan  saat  demonstrasi  menuntut  soeharto  mundur.  Mereka  adalah  Elang  Mulya,  Hery  Hertanto,  Hendriawan  Lesmana  dan  Hafidhin  Royan.
Penembakan  aparat  universitas  trisakti  itu  menyulut  demonstrasi yang  lebih  besar.  Pada  tanggal  13  mei  1998  terjadi  kerusuhan,  penebakan,  dan  penjarahan  di  Jakarta  dan  solo. 
Mahasiswa  Jakarta  menjadikan  gedung  DPR/MPR  sebagai  pusat  gerakan  yang  relative  aman.  Ratusan  ribu  mahasiswa  menduduki  gedung  rakyat.  Bahkan  mereka  menduduki  atap  gedung  tersebut.  Mereka  berupaya  menemui  pimpinan  MPR/DPR  agar  mengambil  sikap  yang  tegas.
Akhirnya  pada  tanggal  18  Mei  1998,  Ketua  MPR/DPR Harmoko  meminta  Soeharto  turun  dari  jabatannya  sebagai  presiden.  Pernyataan  Harmoko  itu  kemudian  dibantah  oleh  Jenderal  TNI  Wiranto  dan  mengatakannya  sebagai  pendapat  pribadi.
Untuk  mengatasi  keadaan pada  tanggal  19  Mei  1998,  presiden  Soeharto  menjanjikan  akan  mempercepat  pemilu.  Hal  ini  dinyatakan  setelah  Soeharto  mengundang  beberapa  tokoh  masyarakat  ke  Istana  Negara.  Akan  tetapi  upaya  ini  tidak  mendapat  sambutan  rakyat.
Momentum  hari  kebangkitan  nasional,  20  Mei  1998  rencananya  digunakan  tokoh  reformasi  Amien  Rais  untuk  mengadakan  doa  bersama  di  sekitar  tugu  Monas.  Akan  tetapi,  beliau  membatalkan  rencana  apel  dan  doa  bersama  karena  80.000  tentara  bersiaga  di  kawasan  tersebut.
Di  Yogyakarta,  Surakarta,  Medan  dan  Bandung  ribuan  mahasiswa  dan  rakyat  berdemonstrasi.  Ketua  MPR/DPR  Harmoko  kembali  meminta  Soeharto  mengundurkan  diri  pada  hari  Jum’at  tanggal  22  Mei  1998  atau  DPR/MPR  akan  terpaksa  memilih  presiden  baru.  Bersamaan  dengan  itu,  sebelas  menteri  cabinet  pembangunan  VII  mengundurkan  diri.
Pada  dini  hari  tanggal  21  Mei  1998  Amien  Rais  selaku  Ketua  Pengurus  Pusat  Muhammadiyah  menyatakan,  “Selamat  tinggal  pemerintahan  lama  dan  selamat  datang  pemerintahan  baru”.
Akhirnya  pada  pukul  09.00 WIB,  presiden  Soeharto  membacakan  pernyataan  pengunduran  dirinya dari posisi Presiden Republik Indonesia. Bertempat di Credential Room, Istana Negara Jakarta, dengan disaksikan oleh Ketua Mahkamah Agung, Soeharto mengakhiri jabatan presidensialnya yang telah diemban selama 32 tahun.
…..
Mahkamah Agung langsung melantik Wakil Presiden Baharuddin Jusuf Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru.  Momentum turunnya Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 ini mengakhiri pemerintahan Orde Baru yang telah berjalan selama 32 tahun di Indonesia  dan  Indonesia  memasuki  era  reformasi.

Cerpen : Camerku Ayahku



Pagi  ini  aku  bergegas  menuju  kantor  baruku.  Seminggu  lalu  aku  baru  saja  diterima  bekerja  di  sebuah  kantor  swasta.  Meskipun  hanya  lulusan  SMA,  tetapi  manajer  HRD  kantor  itu  menyukai  keahlianku.  Namaku  Rike,  Amanda  Rike  Ekiyanto.  Gadis  berkulit  sawo  matang,  berambut  lurus  dan  bermata  bulat.
Sesampainya  di  kantor,  ada  seorang  perempuan  yang  mengantarkanku  ke  ruangan  tempat  meja  kerjaku  berada.  Aku  begitu  canggung  memasuki  ruangan  itu.  Disana  banyak  orang  yang  sudah  sibuk  bekerja  dengan  computer  mereka  masing-masing  dan  hanya  ada  satu  meja  yang  kosong.
“ini  meja  kerja  anda.  Silahkan  anda  mulai  bekerja.  Selamat  bekerja.”,  perempuan  itu  meninggalkan  aku  sendiri.
Aku  mulai  menduduki  kursiku,  dan  mulai  menghidupkan  computer  didepanku.  “oke,  jangan  gugup  Rike.  Jangan  gugup.  Kita  mulai  pelan-pelan.”,  batinku  berbicara.  Aku  mulai  mengerjakan  apa  yang  harus  aku  kerjakan.  Aku  mengerjakannya  dengan  hati-hati.  Sampai-sampai  mengetikpun  tanganku  bergetar.
“kamu  pegawai  baru  disini  ya?”,  sapa  seseorang  laki-laki  yang  ada  di  belakangku.
“i..iya pak”,  jawabku  gugup.
“tidak  usah  gugup  begitu.”
“iya  pak.  Saya  baru  pertama  terjun  di  dunia  kerja.  Jadi  saya  sedikit  takut.”
“tidak  usah  takut.  Santai  saja  melakukan  pekerjaan.  Kalau  kamu  takut,  pekerjaanmu  tidak  akan  selesai.  Nanti  juga  terbiasa.  Orang-orang  disini  ramah  kok.  Selamat  bekerja  sama  sebagai  tim  ya.”
Hari  pertama  bekerja  sungguh  melelahkan.  Meskipun  kerjaanku  tidak  terlalu  banyak  hari  ini.  maklum  saja,  aku  baru  bekerja  di  kantor  ini.  mungkin  besok-besok  sudah  mulai  menumpuk.  atau  sudah  harus  lembur  sampai  malam.  Tetapi  lelah  itu  sedikit  terasa  hilang  saat  teringat  wajah  tampan  laki-laki  yang  menyemangatiku  tadi.  Wajahnya  sungguh  menenangkan.
Hari  demi  hari  aku  mulai  terbiasa  dengan  suasana  kantor,  kerjaan  kantor,  dan  orang-orang  yang  ada  di  kantor.  Aku  juga  sudah  mempunyai  sahabat,  meja  kerjanya  bersebelahan  denganku.  Dia  Chika,  Chika  Anastasya  pemilik  wajah  terimut  di  kantor  ini.  dia  sudah  bekerja  selama  setahun.  Jadi  aku  bisa  bertanya  padanya  jika  aku  mempunyai  kesulitan  untuk  bekerja.
Dua  minggu  sudah  aku  bekerja  di  kantor  ini.  hari  ini  aku  sedang  makan  siang  dengan  chika  di  kantin.  Tiba-tiba  laki-laki  itu  datang  mendekati  meja  makan  kami.
“bagaimana?  Sudah  tidak  takut  lagi  bekerja?”,  kata  laki-laki  itu  lalu  duduk  di  sampingku.
“oh, hahaha.  Saya  sudah  terbiasa  bekerja  disini.  Lagipula  jika  ada  kesulitan  saya  bisa  bertanya  pada  teman  saya  pak.”
“tidak  usah  panggil  aku  dengan  sebutan  pak.  Aku  tidak  terlalu  tua  untuk  panggilan  itu.  Panggil  saja  aku  Regi.”
Wajahnya  sungguh  menenangkan.  Aku  suka  memandang  wajahnya  berlama-lama.  dia  masih  terlihat  muda.  Umurnya  sepertinya  tidak  jauh  beda  denganku.  Kami  berbincang-bincang  selama  waktu  makan  siang.  Dia  sungguh  orang  yang  menyenangkan.
“kamu  akrab  banget  dengannya.  Sudah  kenal  sebelumnya?”,  Tanya  Chika  kepadaku  setelah  regi  pergi  meninggalkan  kami  berdua.
“aku  kenal  sejak  pertama  masuk  di  kantor  ini.  dia  yang  memberiku  semangat  untuk  kerja.  Mengapa  kamu  canggung  sekali  dengannya?”
“kamu  tau  tidak  dia  itu  siapa?”
“siapa?  Aku  lupa  menanyakan  dia  bekerja  dibagian  mana.”
“dia  itu  Regi  Bramanta.  Manajer  disini.  Dia  adalah  anak  pemilik  kantor  ini.  anak  dari  pak  Ekiyanto,  Rike.”
Aku  diam  kebingungan.  Ternyata  dia  manajer.  Tapi  dia  ramah  dengan  pegawainya  meskipun  dia  seorang  manajer.  Dan  nama  ayahnya  adalah  Ekiyanto.  Seperti  tidak  asing  bagiku  dan  nama  belakangku  juga  Ekiyanto.
Setelah  sebulan  bekerja,  aku  mendapatkan  gaji  pertamaku.  Gaji  yang  aku  dapatkan  tidak  sebesar  para  pejabat-pejabat  Negara,  tetapi  aku  senang  dan  bangga  dengan  gaji  yang  aku  dapatkan  karena  sesuai  dengan  pekerjaan  yang  aku  kerjakan  dan  ini  cukup  untuk  memenuhi  biaya  hidupku  dengan  ibu.
Aku  bergegas  pulang  ke  rumah  untuk  memberikan  gajiku  ini  pada  ibuku.  Aku  hanya  tinggal  dengan  ibuku  di  sebuah  rumah  kecil  pemberian  ayah.  Ayahku  telah  meninggalkan  aku  dan  ibuku  sejak  aku  masih  balita.  Aku  sudah  sedikit  lupa  wajah  ayahku.  Di  rumah  juga  tidak  ada  foto  ayah,  maklum  saja  zaman  dulu  tidak  banyak  orang  yang  suka  foto.
Ayah  meninggalkan  aku  dan  ibuku  karena  dia  lebih  memilih  perempuan  lain.  Tetapi  ibu  selalu  berkata  “Ayahmu  itu  laki-laki  yang  baik”.  Aku  tidak  pernah  mengerti  ucapan  itu.  Bukankah  meninggalkan  anak  dan  istrinya  merupakan  kejahatan?
Entah  sejak  kapan,  semakin  hari  aku  dan  Regi  menjadi  semakin  dekat.  Hingga  suatu  hari  dia  memintaku  dengan  permintaan  yang  tidak  pernah  kuduga  sebelumnya.
“apakah  kamu  bersedia  menikah  denganku?”
Saat  itu  aku  mulai  mengenalkan  regi  pada  ibuku.  Ibuku  juga  sangat  menyukai  regi.  Dan  ibuku  juga  merestui  aku  untuk  menikah  dengan  regi.
Akhirnya  malam  itu  datang  juga.  Malam  dimana  Regi  dan  keluarganya  akan  datang  ke  rumah  untuk  melamarku.  Rencana  yang  sudah  dipersiapkan  dengan  matang  jauh  sebelumnya.  Aku  bergegas  berdandan  agar  terlihat  secantik  mungkin  untuk  menyambut  mereka.
Regi  dan  keluarganya  sudah  sampai  di  depan  rumahku.  Aku  menyambut  mereka  dengan  hangat.  Dan  mempersilahkan  mereka  masuk.  Ibu  regi  ternyata  cacat  dan  dia  duduk  di  kursi  roda.  Wajah  ayah  Regi  begitu  berbeda  dengannya.  Wajahnya  seperti  tidak  asing  bagiku.  Beberapa  menit  kemudian,  ibuku  keluar  membawa  minuman.  Tiba-tiba  ibuku  berdiri  kaku  tanpa  bergerak.  Bibirnya  bergetar  dan  matanya  basah.  Dan  harapanku  hancur  seketika.
“Dia  ayahmu  Rike”,  ucap  ibuku  yang  mengagetkan  semuanya.
“Ha? dia  ayahku?  Yang  dulu  meninggalkan  kita  demi  perempuan  lain?  Pantas  saja  namanya  sama  dengan  nama  belakangku.  Lalu  Regi?  Kita  bersaudara?”,  tanyaku  dengan  nada  melemah.
“Rike?  Maafkan  ayah.  Bukan  maksud  ayah  meninggalkan  kamu  dengan  ibumu.  Ini  juga  keputusan  ibumu.”,  ayah  berusaha  menjelaskan.  Tetapi  aku  tetap  saja  terus  menangis  tidak  bisa  menerima  kenyataan  ini.
“dulu  sewaktu  kamu  masih  kecil,  suami  dari  anak  teman  baik  kakek  kamu  meninggal  karena  kecelakaan  saat  akan  menjemput  ibu  kamu  yang  akan  melahirkanmu.  Dia  Bramanta.  Dia  meninggalkan  seorang  istri  dan  seorang  anak,  Regi.  Sewaktu  itu  kondisi  ekonomi  mereka  terpuruk.  Dan  ayah  sangat  merasa  bersalah  atas  meninggalnya  ayah  Regi,  karena  ayah  yang  menyuruhnya.  Jadi  ayah  putuskan  untuk  menikahi  ibu  Regi  karena  ibunya  tidak  bisa  berjalan  dan  tidak  ada  yang  bisa  menghidupi  mereka.”,  lanjut  ayah  menjelaskan.
“tetapi  dulu  ibu  tidak  ingin  tinggal  serumah  dengan  mereka.  Jadi  ibu  putuskan  untuk  berpisah  dengan  ayahmu.  Ini  bukan  salah  ayahmu  sepenuhnya,  Rike.  Maafkan  ibu  tidak  menceritakan  sebelumnya.”
“lalu  aku  dan  Regi  tidak  bersaudara?”
“tidak  Rike.  Namaku  Regi  Bramanta.  Dan  aku  bukan  anak  kandung  ayah  Ekiyanto.”
Malam  itu  adalah  malam  yang  menyedihkan,  menegangkan  dan  juga  membahagiakan  untukku.  Aku  bisa  bertemu  lagi  dengan  ayahku  dan  tau  hal  yang  selama  ini  disembunyikan  ibuku.  Dan  juga  aku  bisa  menikah  dengan  Regi.  Kenyataan  kadang  terlalu  sakit  diterima  tetapi  tidak  setelah  diakui.  Semoga  kisahku  seperti  yang  ada  di  dongeng-dongeng.  Hidup  bahagia  selamanya.
-------------------