Pages

Selasa, 12 Januari 2016

Berakhirnya Orde Baru



Sejarah  orde  baru  dimulai  tanggal  12  maret  1967.  Jenderal  TNI  Soeharto  ditunjuk oleh  MPR  sebagai  pejabat  presiden.  Beliau  menjalankan  tugas  kepresidenan  yang  diambil  alih  dari  presiden  Soekarno.  Setahun  kemudian,  soeharto  dipilih  secara  resmi  sebagai  presiden  sekaligus  mengawali  era  orde  baru.  Orde  baru  lahir  dengan  tekad  melaksanakan  pancasila  dan  uud  45  secara  murni  dan  konsekuen.
Masa  keemasan  orde  baru  terjadi  pada  tahun  1976-1988.  Pada  tahun  1980an  Indonesia  adalah  penghasil  gas  alam  cair  terbesar  di dunia.  Kedudukan  Indonesia  sebagai  Negara  anti  komunis  mempermudah  bantuan  barat.
Orde  baru  bertakhta  dalam  kehidupan  bangsa  Indonesia  selama  32  tahun.  Mengapa  orde  baru  bisa  tumbang  pada  tahun  1998?
Sebelum  tahun  1997,  Negara  Thailand  yang  semula  baik  baik  saja,  tiba  tiba  dilanda  krisis  moneter  dan  keuangan.  Pada  saat  itu  keadaan  Indonesia  masih  baik.  Inflasi  rendah,  ekspor  masih  surplus  dan  cadangan  debisa  masih  besar.  Banyak  perusahaan  besar  menggunakan  hutang  dalam  US  Dollar.  Ini  merupakan  cara  yang  menguntungkan  ketika  rupiah  masih  kuat.  Hutang  dan  bunga  tidak  jadi  masalah  karena  diimbangi  kekuatan  penghasilan  rupiah.
Akan  tetapi,  setelah  Thailand  melepaskan  kaitan  Bath  pada  US  Dollar,  Indonesia  sangat  merasakan  dampak  paling  buruk.  Hal  ini  disebabkan  oleh  rapuhnya  fondasi  Indonesia  dan  banyaknya  praktik  KKN  serta  memonopoli  ekonomi.  Pada tanggal 1 Juli 1997 nilai tukar rupiah turun dari Rp2.575,00 menjadi Rp2.603,00 per dollar Amerika Serikat. Pada bulan Desember 1997 nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mencapai Rp5.000,00 per dollar, bahkan pada bulan Maret 1998 telah mencapai Rp16.000,00 per dollar Amerika Serikat.
Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi di Indonesia adalah masalah  Utang yang menjadi tanggungan negara hingga 6 Februari 1998 yang disampaikan oleh Radius Prawira pada sidang Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi yang dipimpin oleh Presiden Soeharto di Bina Graha mencapai 63,462 milliar dollar AS, sedangkan utang pihak swasta mencapai 73,962 milliar dollar AS.
Penyimpangan  pasal  33  uud  1945  merupakan  salah  satu  factor  lainnya,  dimana  Sistem ekonomi yang berkembang pada masa Orde Baru adalah sistem ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai dengan korupsi dan kolusi.
Factor  yang  juga  menyebabkan  krisis  adalah  Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan sistem pemerintahan bersifat sentralistis, artinya semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat pemerintahan (Jakarta), sehingga peranan pemerintah pusat sangat menentukan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Krisis  moneter  tersebut  telah  berkembangan  menjadi  krisis  multidimensi.  Krisis  ini  ditandai  adanya  keterpurukan  di  segala  bidang.
Krisis  politik  salah  satunya.  Pada dasarnya secara de jure (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari rakyat, tetapi ternyata secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR tersebut diangkat berdasarkan pada ikatan kekeluargaan (nepotisme).
Mengakarnya budaya KKN dalam tubuh birokrasi pemerintahan, menyebabkan proses pengawasan dan pemberian mandataris kepemimpinan dari DPR dan MPR kepada presiden menjadi tidak sempura. Unsure legislative yang sejatinya dilaksanakan oleh MPR dan DPR dalam membuat dasar-dasar hukum dan haluan negara menjadi sepenuhnya dilakukan oleh Presiden Soeharto
Dalam pemerintahan Orde Baru berkembang KKN yang dilaksanakan secara terselubung maupun secara terang-terangan. Hal terseut mengakibatkan munculnya ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah dan ketidakpercayaan luar negeri terhadap Indonesia.
Aspirasi  dalam  masyarakat  terbagi  menjadi  kelompok  yang  mendukung  Soeharto  dan  kelompok  yang  menuntut  Soeharto  turun  dari  kursi  kepresidenan.  Kelompok yang menuntut Presiden Soeharto untuk mundur diwakili oleh mahasiswa. Kelompok mahasiswa ini memiliki cita-cita reformasi terhadap Indonesia.
Banyak ketidakadilan yang terjadi dalam pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Oede Baru. Seperti kekuasaan kehakiman yang dinyatakan pada pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif). Namun pada saat itu, kekuasaan kehakiman dibawah kekuasaan eksekutif. Hakim juga sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah atau sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan, apabila peradilan itu menyangkut diri penguasa, keluarga kerabat, atau para pejabat negara.
---
Terjadinya  krisis  multidimensi  yang  dihadapi  bangsa  Indonesia  melatarbelakangi  munculnya  gerakan  reformasi.  Semula,  gerakan  ini  hanya  berupa  demonstrasi  di  kampus-kampus  di  berbagai  daerah.  Akan  tetapi,  para  mahasiswa  harus  turun  ke  jalan  karena  aspirasi  mereka  tidak  mendapatkan  jalan  keluar.
Gerakan  demonstrasi  tahun  1998  mempunyai  6  agenda.
  1. Adili  soeharto  dan  krooni-kroninya.
Agenda  reformasi  yang  pertama  adalah  rakyat  meminta  agar  soeharto  dan  krooni-kroninya  untuk  diadili.  Hal  ini  karena  rakyat  menganggap  bahwa  selama  32  tahun  asa  pemerintahannya,  soeharto,  dan  para  kroninya  itulah  yang  menyebabkan  penyelewengan.  Baik  itu  dalam  bidang  ekonomi,  yang  berupa  praktek  kegiatan  KKN  maupun  dalam  bidang  keuangan  Negara  yang  sudah  menyebabkan  kerugian  keuangan  Negara  sebesar  triliunan  rupiah.
  1. Amandemen  UUD  1945
Rakyat  meminta  agar  UUD  45  di  amandemen  agar  mengubah  keadaan  NKRI.  Soeharto  bisa  berkuasa  32  tahun,  dan  soekarno  bisa  berkuasa  seumur  hidup.  Hal  tersebut  disebabkan  karena  tidak  adanya  peraturan  hukum  yang  menegaskan  tentang  pembatasan  kekuasaan,  baik  itu  bagi  oresiden  maupun  menteri-menterinya
  1. Otonomi  daerah  seluas-luasnya
Kekuasaan  yang  hanya  berpusat  pada  satu  titik  menyebabkan  banyak  terjadinya  penyelewengan  di  berbagai  daerah.  Otonomi  daerah  harus  diberlakukan  seluas-luasnya  agar  semua  daerah  diberi  kewenangan  untuk  mengatur  pembangunan  dan  nantinya  dapat  meratakan  kesejahteraan  penduduk  di  seluruh  daerah.
  1. Hapuskan  dwifungsi  ABRI
ABRI  pada  masa  orde  baru  memiliki  dwifungsi  yaitu  fungsi  keamanan  dan  fungsi  social  politik,  namun  hal  ini  telah  melenceng  sangat  jauh.  Bahkan  tentara  pada  orde  baru  malah  memiliki  kekuatan  yang  besar  dan  malah  bukan  seperti  di  bawah  kendali  sipil  secara  objektif.
  1. Hapuskan  KKN
Munculnya  orde  baru  dengan  maksud  yang  menggantikan  kekuasaan  sebelumnya  ini  malahan  menyebabkan  Negara  ini  tidak  berjalan  sesuai  tujuan  awalnya.  Justru  malah  banyak  sekali  keluarga  elite  yang  berusaha  sekeras-kerasnya  agar  bisa  mengeruk  harta  Negara  sebesar-besarnya.
  1. Tegakkan  supremasi  hukum
Pada  kekuasaan  orde  baru,  hukum  justru  digunakan  untuk  menghukum  rakyat  dan  para  penguasa  negaranya  bertugas  untuk  mempertinggi  kekuasaannya  dan  memperkaya  dirinya  sendiri-sendiri.  Untuk  itu  pada  era  reformasi  ini  supremasi  hukum  akan  selalu  ditegakkan  agar  hukum  yang  ada  itu  menjadi  landasan  penyelenggaraan  kekuasaan  di  Negara  ini,  bukan  hanya  digunakan  untuk  menghakimi  rakyat  saja.
Agenda  utama  gerakan  reformasi  adalah  turunnya  soeharto  dari  jabatan  presiden.
Ada  beberapa  peristiwa  selama  gerakan  reformasi  yang  memuncak  pada  tahun  1998.  Diantaranya  adalah  demonstrasi  mahasiswa  yang  terjadi  pada  tanggal  7  mei  1998  di  universitas  jayabaya,  Jakarta.  Demonstrasi  ini  berakhir  bentrok  dengan  aparat  dan  mengakibatkan  52  mahasiswa  terluka.  Sehari  kemudian  demonstrasi  mahasiswa  terjadi  di  Yogyakarta.  Demonstrasi  ini  juga  berakhir  bentrok  dengan  aparat  dan  menewaskan  seorang  mahasiswa  bernama  Mozes  Gatotkaca.
Peristiwa  selanjutnya  adalah  peristiwa  yang  dikenal  dengan  “Peristiwa  Trisakti”.  Pada  tanggal  12  Mei  1998,  empat  mahasiswa  Universitas  Trisakti,  Jakarta  tewas  tertembak  peluru  aparat  keamanan  saat  demonstrasi  menuntut  soeharto  mundur.  Mereka  adalah  Elang  Mulya,  Hery  Hertanto,  Hendriawan  Lesmana  dan  Hafidhin  Royan.
Penembakan  aparat  universitas  trisakti  itu  menyulut  demonstrasi yang  lebih  besar.  Pada  tanggal  13  mei  1998  terjadi  kerusuhan,  penebakan,  dan  penjarahan  di  Jakarta  dan  solo. 
Mahasiswa  Jakarta  menjadikan  gedung  DPR/MPR  sebagai  pusat  gerakan  yang  relative  aman.  Ratusan  ribu  mahasiswa  menduduki  gedung  rakyat.  Bahkan  mereka  menduduki  atap  gedung  tersebut.  Mereka  berupaya  menemui  pimpinan  MPR/DPR  agar  mengambil  sikap  yang  tegas.
Akhirnya  pada  tanggal  18  Mei  1998,  Ketua  MPR/DPR Harmoko  meminta  Soeharto  turun  dari  jabatannya  sebagai  presiden.  Pernyataan  Harmoko  itu  kemudian  dibantah  oleh  Jenderal  TNI  Wiranto  dan  mengatakannya  sebagai  pendapat  pribadi.
Untuk  mengatasi  keadaan pada  tanggal  19  Mei  1998,  presiden  Soeharto  menjanjikan  akan  mempercepat  pemilu.  Hal  ini  dinyatakan  setelah  Soeharto  mengundang  beberapa  tokoh  masyarakat  ke  Istana  Negara.  Akan  tetapi  upaya  ini  tidak  mendapat  sambutan  rakyat.
Momentum  hari  kebangkitan  nasional,  20  Mei  1998  rencananya  digunakan  tokoh  reformasi  Amien  Rais  untuk  mengadakan  doa  bersama  di  sekitar  tugu  Monas.  Akan  tetapi,  beliau  membatalkan  rencana  apel  dan  doa  bersama  karena  80.000  tentara  bersiaga  di  kawasan  tersebut.
Di  Yogyakarta,  Surakarta,  Medan  dan  Bandung  ribuan  mahasiswa  dan  rakyat  berdemonstrasi.  Ketua  MPR/DPR  Harmoko  kembali  meminta  Soeharto  mengundurkan  diri  pada  hari  Jum’at  tanggal  22  Mei  1998  atau  DPR/MPR  akan  terpaksa  memilih  presiden  baru.  Bersamaan  dengan  itu,  sebelas  menteri  cabinet  pembangunan  VII  mengundurkan  diri.
Pada  dini  hari  tanggal  21  Mei  1998  Amien  Rais  selaku  Ketua  Pengurus  Pusat  Muhammadiyah  menyatakan,  “Selamat  tinggal  pemerintahan  lama  dan  selamat  datang  pemerintahan  baru”.
Akhirnya  pada  pukul  09.00 WIB,  presiden  Soeharto  membacakan  pernyataan  pengunduran  dirinya dari posisi Presiden Republik Indonesia. Bertempat di Credential Room, Istana Negara Jakarta, dengan disaksikan oleh Ketua Mahkamah Agung, Soeharto mengakhiri jabatan presidensialnya yang telah diemban selama 32 tahun.
…..
Mahkamah Agung langsung melantik Wakil Presiden Baharuddin Jusuf Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru.  Momentum turunnya Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 ini mengakhiri pemerintahan Orde Baru yang telah berjalan selama 32 tahun di Indonesia  dan  Indonesia  memasuki  era  reformasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar